Mengeja detik demi detik yang berlalu Mestinya tak begitu menyulitkan untukmu Karena semua berjalan begitu saja Cepat dan tak berkesan apa-apa Tapi kenapa semua terlihat begitu sulit di mataku? Kau terbata dan kerap mengulang penuh ragu Dan itu telah berjalan sejak kemarin Yang buat kau dan aku terpaku bagai patung yang dingin Menyedihkan bukan? Aku ingin bertanya walau tak ku yakini jawabnya Mungkinkah langkah yang terayun sepanjang masa Tlah menggoreskan semburat warna di dasar hati Dan menyulamnya sebagai pelangi? Mungkin kau takkan pernah menjawabnya Jadi, lupakan saja! Dan biarkan detik demi detik terus berlalu Bersama suaramu yang kian hilang tersapu angin yang menderu
Hei…….., apa kabar? Itu sebuah tanya yang dulu kerap kuterima Setiap kali kita bersua di simpang tiga Namun sudah lebih dua bulan tak pernah lagi ku dengar Suaramu yang parau menggelegar Karena simpang tiga telah dipugar Menjadi bundaran megah dengan lampu-lampu berkilau Hingga takkan mampu lagi menyembunyikan wajahmu yang galau Hei…, apa kabar? Tak dapatkah kita bertemu walau sebentar? Karena besok-besok mungkin akan semakin sukar Untuk kita saling berkelakar Jalanan akan semakin lebar Debu pun semakin tebal bertebar Bagaimana mungkin kita bisa santai manikmati setangkup roti bakar? Hei…, apa kabar? Hubungi aku dimanapun kau berada Nanti akan kita cari lagi tempat yang segar Untuk kita bercengkrama dengan leluasa Tanpa polusi dan kebisingan Yang kini menjadi sahabat simpang tiga kenangan