Usai sudah musim kedua,
purnama lupa masa
laut lepas, badai
samar-samar
di pantai tersisa memar
istana pasir hilang rupa
landai, ceruk menganga
kepiting-kepiting menyusur
liang
mutiara terdampar, hilang
cangkang
nyiur melambai, langit biru
membentang
segala-gala hanya tentang
apa
Apa yang luput apa yang
sangkut
apa yang surut apa yang
sengkarut
menyimpan apa di lelaku sapa
merunduk bagi apa? Untuk
apa?
Hujan mungkin akan tiba,
mengirim dingin, menghujam gigil
hujan mungkin akan tiba
dengan air bah dan pasukan pengail
lalu longsor menimbun
sepotong jalan yang terbelah
kemudian apa?
Musim kering datang dengan
kereta berkuda
yang berpasang-pasang
kakinya memintal debu jadi selimut,
jadi kelambu, memalsukan
kabut
tanah rekah, petani resah
kipas-kipas di tangan, di
plafon, di dinding, semesta lelah
Lalu kenapa?
Bukankah ini tak yang
pertama?
Kemudian apa?
Takkan apa-apa; takkan
pernah
Ini bukan kisah sedih, hanya
dongeng semata;
Tidurlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar