Pages

Kamis, 23 Januari 2014

DONGENG MUSIM



Usai sudah musim kedua,
purnama lupa masa
laut lepas, badai samar-samar
di pantai tersisa memar
istana pasir hilang rupa
landai, ceruk menganga
kepiting-kepiting menyusur liang
mutiara terdampar, hilang cangkang
nyiur melambai, langit biru membentang
segala-gala hanya tentang apa
Apa yang luput apa yang sangkut
apa yang surut apa yang sengkarut
menyimpan apa di lelaku sapa
merunduk bagi apa? Untuk apa?
Hujan mungkin akan tiba, mengirim dingin, menghujam gigil
hujan mungkin akan tiba dengan air bah dan pasukan pengail
lalu longsor menimbun sepotong jalan yang terbelah
kemudian apa?
Musim kering datang dengan kereta berkuda
yang berpasang-pasang kakinya memintal debu jadi selimut,
jadi kelambu, memalsukan kabut
tanah rekah, petani resah
kipas-kipas di tangan, di plafon, di dinding, semesta lelah
Lalu kenapa?
Bukankah ini tak yang pertama?
Kemudian apa?
Takkan apa-apa; takkan pernah
Ini bukan kisah sedih, hanya dongeng semata;
Tidurlah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar