Pages

Kamis, 26 September 2013

TANTI MENCARI PENCURI






Dimuat Mj. Bobo, 29 Juli 2010
Oleh; R.Yulia


Tanti mengaduk-aduk isi tasnya dengan kesal. Ia kehilangan pensil Barbie yang baru kemarin dibeli. Itu sangat menyebalkan. Terlebih dalam satu minggu ini ia telah kehilangan banyak barang. Mulai dari penghapus, peraut, pena, gantungan kunci dan pin. Menyebalkan! Padahal kesemuanya adalah benda kesayangan Tanti. Ia memilihnya dengan sangat cermat di toko. Dan semua benda itu hilang hanya dalam waktu dua hari setelah dibeli!
Tanti tak juga menemukan barang-barangnya. Padahal, ia telah menggeledah lemari dan laci meja belajarnya. Huh, ini tak bisa dibiarkan berlama-lama. Ia harus mencari tahu siapa yang telah mencuri barang-barangnya. Kalau tidak, maka akan lebih banyak lagi barang yang hilang. Tapi bagaimana caranya? Tanti berfikir keras. Sesaat kemudian wajahnya menjadi cerah. Senyumnya merekah. Akhirnya ia menemukan caranya! Ia akan mengintip gerak-gerik pencuri itu. Tanti yakin, pencurinya adalah salah seorang dari teman sekolahnya. Dan ia akan memulai aksi pengintipan itu esok hari, saat jam istirahat. Karena biasanya di jam itulah Tanti meninggalkan tasnya.
Esok harinya, saat jam istirahat tiba, Tanti cepat-cepat pergi meninggalkan kelas. Ia memutar ke belakang kelas. Ia mengambil bangku taman, menggesernya ke dinding dan naik ke atasnya. Kini ia dapat mengawasi seluruh isi kelas dari jendela yang terbuka. Tanti berhati-hati sekali agar tak sampai terlihat teman-temannya yang keluar masuk kelas. Ia menunggu dengan sabar. Namun, sampai bel masuk berdentang, Tanti tak melihat seorangpun temannya yang mendekati mejanya. Apalagi membuka tasnya. Ah..Tanti mendesah kecewa.
Tapi Tanti tak mau buru-buru menyerah. Ia masih terus melanjutkan pengintipannya selama 3 hari berturut-turut. Tetap saja nihil. Tak seorang pun temannya yang menunjukkan tanda-tanda mencurigakan. Setelah menginjak hari keempat dan menemukan pelakunya, Tanti menyerah. Sudahlah, kalau begitu tak ada yang bisa dilakukannya selain menjaga barang-barang miliknya dengan lebih ketat lagi.
Tanti mengadukan hal itu pada Mamanya, ketika tengah menonton televisi di ruang tengah.
“Barangkali Tanti yang lupa meletakkannya dimana. Bisa saja barang-barang itu bukan ada di tas,” kata Mama.
“Tak ada di tas? Nggak mungkin, Ma. Tanti tak pernah meninggalkannya dimana-mana. Sejak dibeli Tanti selalu meletakkannya di tas. Pasti ada yang iri atau yang ingin memiliki barang-barang Tanti,” cetus Tanti berkeras. Mama tersenyum.
“Tanti, jangan sembarangan menuduh orang lain tanpa bukti. Tak baik. Ya sudah, beli saja lagi yang baru. Simpan dan jaga dengan lebih baik lagi. Agar tak tercecer.” Tanti cemberut mendengar kata-kata Mamanya. Huh, tunggu sampai aku berhasil menangkap pencurinya! Biar Mama percaya. Tanti menggerutu dalam hati.
Bel tanda berakhirnya pelajaran berdentang. Seluruh penghuni kelas, termasuk Tanti, bersorak menyambutnya.
“Tanti, ke kantin dulu yuk,” ajak Sheila, teman sebangku Tanti. Tanti mengangguk. Selama beberapa hari ini ia tak pernah menginjakkan kaki di kantin dan menikmati bubur kacang hijau Bu Siti yang super lezat.
“Bu Siti…” sapanya begitu melihat ibu gendut pemilik kantin.
“Eh Tanti, sudah lama nggak kelihatan. Kemana saja?” jawab Bu Siti dengan ramah. Bu Siti memang akrab dengan seluruh siswa di sekolah Tanti.
“Di kelas, Bu. Tanti ingin menangkap pencuri. Tapi belum dapat-dapat,” curhat Tanti. Sheila terkikik geli. Tanti sudah menceritakan hal itu padanya.
“Pencuri? Pencuri apa?” tanya Bu Siti penuh minat.
“Tuyul, Bu,” timpal Sheila. Tanti kontan melotot ke arahnya. Sheila cepat-cepat menutup mulutnya dengan telapak tangan, menyembunyikan tawa.
“Huss, kok tuyul sih.? Enggak, Bu. Yang betul pencuri barang-barang Tanti. Sudah seminggu ini Tanti kehilangan barang-barang, seperti pensil, peraut, pena dan barang-barang kecil lainnya. Mana masih baru lagi..”
“Sejak seminggu ini? Mmm…, jangan-jangan…” Bu Siti terlihat misterius.
“Jangan-jangan apa, Bu?” sela Tanti tak sabaran.
“Jangan-jangan ada tuyul,” sambar Sheila sambil terkikik geli.
“Bukan, bukan tuyul. Tunggu sebentar, ya?” Bu Siti cepat-cepat menuju ke meja berlaci di sudut kantin. Ia membuka laci dan mengambil sesuatu dari sana. Tanti mengamatinya dengan rasa ingin tahu yang besar.
Tak lama Bu Siti kembali lagi ke tempat Tanti dan Sheila berdiri. Di tangannya tergenggam beberapa barang. Mata Tanti seketika membulat saat mengenali barang-barang yang ada dalam genggaman Bu Siti.
“Lho, itu kan…?”
“Ini barang-barangnya Tanti?” Bu Siti meletakkan semua barang itu ke atas meja.
“Ya ampun, benar. Ini memang barang-barang Tanti yang hilang. Kok bisa sama Bu Siti? Siapa yang ngasih? Ada yang jual ya?” Tanti yang kegirangan tak mampu menahan luapan rasa penasarannya. Ya, ia bingung, bagaimana caranya barang-barang itu bisa ke tempat Bu Siti?
Bu Siti tersenyum.
“Tak ada yang memberikannya pada Ibu. Ibu mendapatinya saat menyapu lantai, di bawah kursi. Dan itu terjadi setiap hari selama lima hari berturut-turut. Ibu tak tahu milik siapa, jadi ibu simpan saja. Mana tahu suatu saat ada yang menanyakannya,” jelas Bu Siti.
Tanti tertegun. Setiap hari? Berarti setiap dia ke kantin? Ya, dia memang selalu ke kantin setiap pulang sekolah dan membawa tas. Tapi bagaimana caranya barang-barang itu keluar dari dalam tas? Padahal tas selalu terkunci?
“Tas kamu bolong barangkali, Tan,” ujar Sheila.
“Nggak ah. Nggak mungkin.”
“Lha, kalau nggak bolong masa bisa keluar sendiri?”
“Benar, Tanti. Coba saja lihat dulu. Mana tahu ada yang bolong. Jadi bisa dijahit, biar nggak kececer lagi barangnya,” saran Bu Siti. Tanti menurut juga akhirnya.
Ia mengeluarkan seluruh isi tasnya dan memeriksa seluruh sisi tasnya. Dan ia mendapatkan robek lurus yang cukup lumayan pada jahitan tepi tasnya. Kalau tak diperhatikan, robek itu tak begitu kelihatan. Karena berada di sepanjang jahitan tepi yang terlepas. Tanti menyesal sekali telah berprasangka buruk terhadap teman-temannya.
“Terima kasih ya, Bu Siti. Untung Bu Siti menemukan dan menyimpan barang-barang saya. Kalau tidak, tentu Tanti akan terus menuduh teman-teman yang mencuri,” kata Tanti penuh penyesalan. Bu Siti mengangguk dan tersenyum.
“Aku ikut dituduh juga nih kemarin?” tanya Sheila. Tanti mencibir.
“Ya iyalah. Apalagi kamu, kan paling suka minjemin barang-barangku..” canda Tanti.
“Iiih, awas ya?” Sheila mengejar Tanti yang sudah berlari menjauh. Mereka berkejar-kejaran di lapangan sekolah. Lupa dengan niat semula. Menikmati bubur kacang hijau Bu Siti.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar